Guna mencegah serbuan produk Cina, pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) makanan, minuman, serta kosmetik di Jawa Barat (Jabar) wajib mengantongi sertifikasi halal. Menurut Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jabar, Netty Prasetyani, sertifikasi halal dibutuhkan supaya produk UMKM Jabar mempunyai keunggulan dibandingkan produk impor.
Selain itu, pemerintah juga wajib memudahkan proses sertifikasi halal serta perizinan lainnya. Semacam diketahui, tingginya pertumbuhan ekonomi Cina pada triwulan I/2017 berpotensi mendongkrak serbuan produk Cina ke Indonesia, tergolong Jabar.
“Pasar produk halal sangat besar. Apalagi, sekarang kesadaran keagamaan masyarakat terus baik,” ucap Netty usai menghadiri agenda Pengangkatan Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia (PPLIPI) di Holiday Inn Pasteur, Jln. Dr. Djundjunan, Bandung.
Netty menilai, sertifikasi halal dapat menjadi keunggulan produk Jabar dalam bersaing menghadapi serbuan produk Cina. Pasar halal sendiri, bukan hanya muslim yang terbukti menjadi mayoritas di Jabar. Sekarang telah tak sedikit non muslim yang memilih produk halal sebab argumen kesehatan serta keamanan pangan. “Di dunia sendiri produk halal sedang menjadi trend. Tak sedikit negara berlomba-lomba membidik pasar halal,” katanya.
Selain sertifikasi halal, menurut Netty, pelaku UMKM juga wajib konsisten menjaga nilai produknya. Tidak hanya itu juga wajib inovatif serta kreatif dalam mengikuti perkembangan trend yang sedang berjalan. “Umur produk kreatif itu pendek, tapi mempunyai nilai tambah yang besar. Untuk dapat berdaya saing, pelaku UMKM jangan lelah berinovasi,” kata Netty.
Sementara dari segi pemeritah, kata dia, tidak hanya dukungan kemudahan perizinan, juga diperlukan dalam program bantuan pembiayaan umpama berbentuk kemudahan kolateral. Tidak hanya itu, juga pemasaran dalam bentuk edukasi cinta produk Indonesia bagi masyarakat. “Pemerintah juga wajib terbuktikas jalur distribusi sejumlah produk dan komoditas lokal untuk menekan anggaran dan menambah daya saing produk dan memberbagi added value paling besar bagi daerah penghasil,” katanya.
Netty optimistis, dengan upaya tersebut, banjirnya produk Cina ke pasar Jabar dapat diredam. “Jadi pemerintah bekerja, pelaku usaha menciptakan produk, dan masyarakat membangun kepercayaan kepada produk lokal,” katanya.
Sementara menurut Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) PPLIPI, Indah Surya Dharma Ali, sejatinya dari segi nilai, produk Jabar jauh lebih unggul. Namub, tinggal bagaimana pemerintah menambah daya beli masyarakat untuk menambah daya saing produk. “Produk UMKM Jabar itu menarik. Baik dari segi nilai produk maupun kreativitasnya. Ketidak sedikitan yang telah diakui di dunia internasional, terutama ASEAN,” kata Indah.
Butuh diketahui, berdasarkan data Biro Statistik Nasional Cina, perekonomian negeri tirai bambu itu tumbuh 6,9 persen sepanjang kuartal I-2017. Pertumbuhan tersebut di atas prediksi, dan menunjukan mulai munculnya stabilisasi di negara dengan perekonomian paling besar kedua di dunia tersebut.
Sebelumnya, sejumlah analis memprediksi, pertumbuhan ekonomi Cina pada tiga bulan pertama 2017 hanya bakal menyentuh angka 6,8 persen. Sementara pemerintah Cina sebelumnya memprediksi, pertumbuhan ekonomi 2017 berada pada kisaran 6,5 persen, naik dalam kisaran terendah dalam 25 tahun terbaru. Pada 2016 ekonomi Cina tumbuh 6,7 persen terendah sejak 1990.
Pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas), Acuviarta Kartabi, menilai, tingginya pertumbuhan ekonomi Cina itu berpotensi menambah serbuan produk impor Cina ke Jabar. Ekpor Jabar ke Cina juga berpotensi terkerek, tapi menurut dia, peningkatannta tetap kalah dibandingkan impor.
Sumber: BisnisUKM.com
Selain itu, pemerintah juga wajib memudahkan proses sertifikasi halal serta perizinan lainnya. Semacam diketahui, tingginya pertumbuhan ekonomi Cina pada triwulan I/2017 berpotensi mendongkrak serbuan produk Cina ke Indonesia, tergolong Jabar.
“Pasar produk halal sangat besar. Apalagi, sekarang kesadaran keagamaan masyarakat terus baik,” ucap Netty usai menghadiri agenda Pengangkatan Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia (PPLIPI) di Holiday Inn Pasteur, Jln. Dr. Djundjunan, Bandung.
Netty menilai, sertifikasi halal dapat menjadi keunggulan produk Jabar dalam bersaing menghadapi serbuan produk Cina. Pasar halal sendiri, bukan hanya muslim yang terbukti menjadi mayoritas di Jabar. Sekarang telah tak sedikit non muslim yang memilih produk halal sebab argumen kesehatan serta keamanan pangan. “Di dunia sendiri produk halal sedang menjadi trend. Tak sedikit negara berlomba-lomba membidik pasar halal,” katanya.
Selain sertifikasi halal, menurut Netty, pelaku UMKM juga wajib konsisten menjaga nilai produknya. Tidak hanya itu juga wajib inovatif serta kreatif dalam mengikuti perkembangan trend yang sedang berjalan. “Umur produk kreatif itu pendek, tapi mempunyai nilai tambah yang besar. Untuk dapat berdaya saing, pelaku UMKM jangan lelah berinovasi,” kata Netty.
Sementara dari segi pemeritah, kata dia, tidak hanya dukungan kemudahan perizinan, juga diperlukan dalam program bantuan pembiayaan umpama berbentuk kemudahan kolateral. Tidak hanya itu, juga pemasaran dalam bentuk edukasi cinta produk Indonesia bagi masyarakat. “Pemerintah juga wajib terbuktikas jalur distribusi sejumlah produk dan komoditas lokal untuk menekan anggaran dan menambah daya saing produk dan memberbagi added value paling besar bagi daerah penghasil,” katanya.
Netty optimistis, dengan upaya tersebut, banjirnya produk Cina ke pasar Jabar dapat diredam. “Jadi pemerintah bekerja, pelaku usaha menciptakan produk, dan masyarakat membangun kepercayaan kepada produk lokal,” katanya.
Sementara menurut Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) PPLIPI, Indah Surya Dharma Ali, sejatinya dari segi nilai, produk Jabar jauh lebih unggul. Namub, tinggal bagaimana pemerintah menambah daya beli masyarakat untuk menambah daya saing produk. “Produk UMKM Jabar itu menarik. Baik dari segi nilai produk maupun kreativitasnya. Ketidak sedikitan yang telah diakui di dunia internasional, terutama ASEAN,” kata Indah.
Butuh diketahui, berdasarkan data Biro Statistik Nasional Cina, perekonomian negeri tirai bambu itu tumbuh 6,9 persen sepanjang kuartal I-2017. Pertumbuhan tersebut di atas prediksi, dan menunjukan mulai munculnya stabilisasi di negara dengan perekonomian paling besar kedua di dunia tersebut.
Sebelumnya, sejumlah analis memprediksi, pertumbuhan ekonomi Cina pada tiga bulan pertama 2017 hanya bakal menyentuh angka 6,8 persen. Sementara pemerintah Cina sebelumnya memprediksi, pertumbuhan ekonomi 2017 berada pada kisaran 6,5 persen, naik dalam kisaran terendah dalam 25 tahun terbaru. Pada 2016 ekonomi Cina tumbuh 6,7 persen terendah sejak 1990.
Pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas), Acuviarta Kartabi, menilai, tingginya pertumbuhan ekonomi Cina itu berpotensi menambah serbuan produk impor Cina ke Jabar. Ekpor Jabar ke Cina juga berpotensi terkerek, tapi menurut dia, peningkatannta tetap kalah dibandingkan impor.
Sumber: BisnisUKM.com
Tag :
bisnis